Secara astronomis, Kalimantan Tengah terletak di garis Khatulistiwa pada posisi 111⁰ -115⁰dan 0 ⁰45’ Lintang Utara-3 ⁰ 30’ Lintang Selatan. Karakteristik iklim di provinsi ini beriklim tropis lembab dan panas dengan klasifikasi Kopen Afa. Suhu udara rata-rata 29⁰ Celcius. Curah hujan rata-rata setahun 2.732 milimeter dengan rata-rata hari hujan 120 hari. Klasifikasi curah hujan Schmidt dan Ferguson adalah Tipe –A (Q=14,3%) dan tipe-B )Q=33,3%) makin keutara curah hujan makin tinggi.
Provinsi Kalimantan Tengah yang pada Maret 2010 jumlah penduduknya sekitar 2.528.882 jiwa ini, salah satu ciri khasnya adalah hampir seluruhnya dialiri sungai besar dan kecil. Dengan sebelas sungai besar dan sekitar 33 sungai kecil, provinsi ini memiliki potensi alam yang dikembangkan.
Pada tahun 1952, daerah Kabupaten Kapuas, Kotawaringin, dan Barito tergabung dalam Ikatan Keluarga Adat Dayak (IKAD) Banjarmasin. Dari IKAD terbentuk Pantia Penyalur Hasrat Rakyat Kalimantan Tengah di Banjarmasin. Sementara itu, Serikat Kaharingan Dayak Indonesia yang melangsungkan Kongres di Bahu Palawa (22-25 Juli 1953) menuntut terbentuknya Provinsi otonom Kalimantan Tengah.
Undang-Undang Darurat No.10 tahun 1957, Lembaran Negara Nomor 53 Tahun 1957 tambahan Lembaran Negara No.1284 tanggal 23 Mei 1957 menjadi tanggal terbentuknya Provinsi Kalimantan Tengah.
Pada tanggal 10 Desember 1956 di keluarkan pengumuman yang dibacakan oleh Ketua Koordinasi Keamanan daerah Kalimantan. Milono tentang terbentuknya Provinsi Kalimantan Tengah yang meliputi daerah kabupaten yakni, Kabupaten Kapuas, Kabupaten Kotawaringin dan Kabupaten Barito. Pada perkembangannya, kabupaten tersebut dimekarkan menjadi Kabupaten Barito Utara, Kabupaten Barito Selatan, Kotawaringin Timur, Kotawaringin Barat dan ibukota provinsi Kalteng, Palangka Raya. Dan seiring pelaksanaan otonomi daerah yang memberikan ruang untuk pemekaran wilayah, Provinsi Kalimantan Tengah yang semula hanya 7 kabupaten dan 1 kota, pada tahun 2002 berdasarkan UU No.5 tahun 2002, dimekarkan menjadi 13 kabupaten, 1 kota.
Laporan kegiatan penanaman modal Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menunjukkan bahwa penanam modal dari dalam dan luar negeri mulai memperluas investasi ke wilayah-wilayah di luar Pulau Jawa. Investasi di luar Jawa mulai meningkat. Berdasarkan data BKPM, realisasi penanaman modal pada triwulan III 2010 di luar Jawa mencapai Rp21,4 triliun atau 37,7% dari seluruh investasi, meningkat jika dibandingkan dengan periode yang sama pada 2009 yang hanya Rp5,9 triliun (12,9%).
Peningkatan proyek antara lain terjadi di Kalimantan Tengah (Kalteng) terutama pada sector perkebunan dan pertambangan. Prioritas dibidang perkebunan yakni perkebunan sawit dan karet. Dari keseluruhan pemanfaatan lahan yang tersdia, luas areal perekebunan di Kalimantan Tengah sebesar 4.056.012 Ha. Dari luas areal perkebunan tersebut yang diperuntukkan perkebunan sawit sampai dengan tahun 2009 sekitar 1.687.969 Ha. Sedangkan untuk perkebunan karet sekitar 54.830 Ha. Sementara itu untuk sector pertambangan,di Kalimantan Tengah yang paling diprioritaskan adalah batu bara.Dari hasil penelitian, potensi dan kandungan batu bara mencapai 2.382.637.223 ton. Sumber terujuk 1.525.431.271 ton, sedangkan yang terukur saat ini sebesar 1.228.839.858 ton dengan jumlah seluruhnya 5.136.908.352 ton.
Kalimantan Tengah yang luas launya mencapai 94.500Km terdapat berbagai jenis ikan dengan bebagai species. Potensi air tawar 2.290.000 Ha terdiri dari sungai, danau, dan rawa mmeilki sekitar 270 species ikan tawar, diantaranya sebanyak 90 jenis ikan hias, dan selebihnya mempunyai nilai jual ekonomis seperti patin, nila, mas, jelawat, udang galah dan ikan local seperti ikan gabus dan betok.
Sedangkan potensi wilayah pesisir 84.400 Ha, potensial untuk pengembangan usaha budidaya air payau, seperti tambak udang dan bandeng. Dari tahun ketahun jumlah produksi ikan di provinsi ini mengalami kenaikan cukup signifikan. Tahun 2009 mencapai 126.902,36 ton. Di bidang pertanian, Provinsi Kalimantan Tengah pada tahun 2010 mengalami surplus beras mencapai 94.328 ton.
Pembangunan fisik seperti jalan, jembatan merupakan factor utama langkah membuka keterisolasian daerah. Berdirinya Jembatan Kahayan yang disusul kemudian dengan Jembatan Kalahien dan Timpah, merupakan satu diantaranya strategi membuka sekaligus mempercepat pertumbuhan eknomi masyarakat Kalteng. Bahkan dalam waktu dekat provinsi ini akan memiliki jalur Rel Kereta Api, yang terdiri dari beberapa tahapan, yakni:
• Tahap 1A : Puruk Cahu-bangkuang (185 km)
• Tahap 1B : Bangkuang-Lupak dalam (175 km)
• Tahap 2 : Kudangan-Kumai (195 km)
• Tahap 3 : Puruk Cahu-Kuala Kurun-Kuala Pembuang (466 km)
• Tahap 4A : Tumbang Samba-Nangabulik (418 km)
• Tahap 4B : Kuala Kurun-Lupak dalam (390 km)
Bukan hanya itu saja, Gubernur Kalteng, Agustin Teras Narang, SH saat melakukan kunjungan kerja ke Beijing China telah menandatangani MoU terkait rencana pembuatan pabrik mobil di Batanjung, Kabupaten Kapuas. Pemprov Kalteng sebagai pihak pertama, China Railway 18th Bureau Group Co., Ltd pihak kedua, dan Ever Rise International Investment Ltd. pihak ketiga.
Di Bidang lingkungan hidup, Kalimantan Tengah satu-satunya provinsi di Indonesia yang menjadi pilot project program REDD plus. Program yang didukung oleh negara-negara yang memiliki hutan tropis. Mengingat hutan memiliki peran penting dalam penyerapan karbon yang dapat membantu memitigasi emisi karbon yang notabene sebagai penyebab perubahan iklim, yang merugikan masyarakat global. Dan Provinsi Kalimantan Tengah, sebagai percontohan program ini. Provinsi terluas nomor tiga di Indonesia ini telah mengawalinya, antara lain, pemanfaatan lahan terlantar dalam Gerakan Bersama Memanfaatkan Lahan Terlantar (Gerber MLT) dan penanaman pohon di sejumlah daerah di Bumi Tambun Bungai, sebagai aksi cinta lingkungan.
(Dari Berbagai Sumber)
Posting Komentar
Click to see the code!
To insert emoticon you must added at least one space before the code.