Siapapun yang bepergian dari arah Sampit menuju Palangka Raya pasti akan melewati Kabupaten Katingan yang beribukota Kasongan. Kabupaten Katingan ini merupakan wilayah kabupaten baru hasil pemekaran dari Kabupaten induknya, Kotawaringin Timur. Katingan merupakan sebuah nama aliran sungai yang membentang dari laut jawa kearah utara hingga mencapai perbatasan Katimantan Barat. Nama sungai Katingan diambil dari nama daerah yang terdapat di hulu sungai tersebut, yaitu daerah Katingan (Kasongan). Belakangan muncul daerah baru di hilir, yaitu Mendawai.
Pada abad ke-14 wilayah Katingan merupakan salah satu wilayah jajahan Majapahit seperti yang disebutkan dalam Kakawin Nagarakretagama yang ditulis tahun 1365. Menurut Hikayat Banjar, wilayah Kabupaten Katingan sudah termasuk ke dalam daerah kekuasaan kerajaan Banjar-Hindu (Negara Dipa) sejak pemerintahan Lambung Mangkurat dengan wilayah kekuasaannya perbatasan paling barat berada di Tanjung Puting. Wilayah ini ketika itu terdiri atas dua sakai (daerah), yaitu Mendawai dan Katingan yang masing-masing memiliki ketua daerah sendiri-sendiri yang disebut Menteri Sakai, kemudian pada abad ke-17 di masa kekuasaan Sultan Banjar IV, Marhum Panembahan (Raja Maruhum), wilayah Mendawai-Katingan merupakan salah satu daerah yang diberikan kepada puteranya Pangeran Dipati Anta-Kasuma yang kemudian menjadi adipati/raja Kotawaringin menggantikan mertuanya Dipati Ngganding yang wilayah kekuasaannya meliputi Kalimantan Tengah saat ini.
Menurut laporan Radermacher, kepala daerah Mendawai/Katingan pada tahun 1780 adalah Kyai Ingabei Suradi Raya. Pada tanggal 13 Agustus 1787, wilayah Kabupaten Katingan sudah diserahkan Sultan Tahmidullah II kepada VOC Belanda, kemudian daerah ini berkembang menjadi sebuah Distrik. Pada 2 Mei 1826 Sultan Adam dari Banjarmasin menyerahkan landschap Mendawai (Katingan) kepada Hindia Belanda. Menurut Staatsblad van Nederlandisch Indië tahun 1849, wilayah ini termasuk dalam zuid-ooster-afdeeling berdasarkan Bêsluit van den Minister van Staat, Gouverneur-Generaal van Nederlandsch-Indie, pada 27 Agustus 1849, No. 8. Pada Distrik Mandawai diangkat sebagai kepala distrik (Kiai) adalah Demang Anoem Tjakra Dalam atau dikenal sebagai Demang Anggen, dilantik oleh Gubernur Hindia Belanda pada tanggal 10 Januari 1895 dan mengepalai wilayah Mandawai (Districtshoofd van Mandawai, afdeeling Sampit, residentje Zuider en Oosterafdeeling van Borneo).
Sejak jaman Belanda dan kemerdekaan hingga akhir tahun 1961, Katingan berstatus kewedanan Sampit Timur dengan ibu kota Kasongan.
Pada tanggat 8 Januari 1962 Gubernur KDH Tingkat I Katimantan Tengah Tjilik Riwut menetapkan nama Katingan berstatus sebagai daerah persiapan Kabupaten Katingan terhitung tanggal 1 Januari 1962, tanggal 24 April 1965 Gubernur KDH Tingkat I Kalimantan Tengah Tjilik Riwut menetapkan wilayah Katingan men jadi Kabupaten Administratif Katingan dengan Ibukota Kasongan, kemudian pada tahun 1979 dengan surat Mendagri Nomor : 04 tahun 1997 dirubah statusnya menjadi Pembantu Bupati. Pada tanggat 31 Juli 2000 DPRD Tk. I Kalimantan Tengah menyetui untuk pemekaran Kabupaten I Kota Propinsi Katimantan Tengah sehingga pada tanggat 14 April 2002 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2002 tentang Pembentukan 8 (delapan) Kabupaten / Kota di Propinsi Kalimantan Tengah, sebagai tindak lanjut undang-undang tersebut maka pada tanggal 3 Junt 2002 dilakukan peresmian Kabupaten Pemekaran oleh Menteri Dalam Negeri di Jakarta.
Pada tanggat 8 Juli 2002 dilantik Bapak Drs. Duwel Rawing sebagai Penjabat Bupati Katingan oleh Gubernur Kalimantan Tengah Atas Nama Menteri Dalam Negeri di Patangka Raya. Berdasarkan pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah pada 21 Juni 2003, maka terpilih Drs. Duwel Rawing sebagai Bupati Katingan dan Yantengtie, SE sebagai wakil Bupati Katingan periode 2003-2008. Pada tanggal 9 Mei 2008 dilakukan pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah periode 2008- 2013 dan terpilih Drs. Duwel Rawing sebagai Bupati Katingan dan H. Surya, SH sebagai Wakil Bupati.
Kabupaten Katingan yang memilki motto Penyang Hinje Simpei, memiliki luas wilayah 17.800 km² dan berpenduduk sebanyak 141.205 jiwa (hasil Sensus Penduduk Indonesia 2010). Secara geografis berada di daerah Khatulistiwa, yaitu tertetak diantara 112° 0’BT – 0o20 LS dan 113° 45’ BT - 30° 30’ LS dan dialiri oleh sungai besar, yaitu Sungai Katingan dengan panjang + 650 km. Secara administratif batas wilayah Kabupaten Katingan
Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Malawi Provinsi Kalimantan Barat
Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Gunung Mas, Kota Palangkaraya serta Kabupaten Pulang Pisau
Sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Jawa
Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Kotawaringin Timur
Sekitar 60% wilayah Kabupaten Katingan masih berupa hutan belukar dan hutan lebat. Perkebunan menempati porsi terbesar nomor 2 (dua), yaitu sekitar 11% sehingga penggunaan lahan lainnya tidak sampai 10%. Lokasi pengembangan tambak seluas 2.000 ha di Kabupaten Katingan, yaitu di Kecamatan Katingan Kuala, termasuk dalam wilayah lahan hutan belukar (mangrove). Secara keseluruhan tata guna lahan di wilayah ini adalah sebagai berikut:
Kampung/permukiman: 19.285,60 ha
Industri: 3.156,50 ha
Sawah: 75.327,50 ha
Tanah kering: 109.847,40 ha
Kebun campuran: 0,00 ha
Perkebunan: 37.277,10 ha
Hutan: 253.816,50 ha
Semak, padang rumput: 0,00 ha
Hutan kosong, rusak: 854.403,80 ha
Perairan dan lainnya: 193.118,70 ha
VISI
Katingan Pusat Produksi dan Perdagangan Rotan Indonesia.
MISI
Mewujudkan masyarakat Kabupaten Katingan yang maju, mandiri dan produktif dalam suasana lingkungan yang sehat.
GRAND STRATEGI 2008-2013
Mewujudkan kuatitas sumber daya manusia metalui pembangunan bidang Pendidikan, Kesehatan dan Mental Spiritual.
Membangun prasarana dan sarana yang handat, transportasi, komunkasi, Listrik, air bersih, irigasi, drainase serta sanitasi yang memadai.
Meningkatkan kemampuan ekonomi rakyat melalui pengembangan komoditas unggulan. Mengelota sumberdaya alam dan Lingkungan secara berketanjutan.
Wenciptakan kepemerintahan yang baik dan bersih.
PRIORITAS ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN
Percepatan pembangunan infrastruktur dan pengeLoLaan energi.
Peningkatan Aksesbilitas dan kuaLitas pendidikan dan kesehatan.
Meningkatkan pertumbuhan ekonomI dan peningkatan efektifitas penangguLangan kemiskinan.
Peningkatan kuatitas peLayanan kepada masyarakat.
Peningkatan dan pemberdayaan masyarakat.
Peningkatan pemanfaatan sumber daya alam, Lingkungan hidup dan tata ruang.
Peningkatan fasititas perhubungan
Peningkatan pemberdayaan generasi muda
Potensi di sektor pariwisata di kabupaten Katingan sangat besar, baik wisata alam maupun wisata budayanya. Antara lain:
Sumber air panas Sepan Apoi di desa Batu Panahan Kec. Marikit.
Taman Nasional Bukit Raya Katingan Hulu
Bukit Kaki di Kec. Mendawai
Pantai Pulau Damar di Kec. Katingan Kuala
Danau Kalaru, Danau Kamipang, Danau Bunter, Danau Jalan Pangen di Kec. Kamipang.
Danau Sepang di Kec. Tewang Senggalang Garing
Danau Pulau Malan di Kec. Pulau Malan
Riam Jerawi Kec. Sanaman Mentikei
Riam Mangkikit Kec. Katingan Tengah
Riam Sangkai, Tabera, Leleng Kec. Marikit
Wisata Sejarah
Rumah Betang Tumbang Manggu Kec. Senaman Mentikei
Rumah Betang Buntut Bali Kec. Pulau Malan
Rumah Betang Rangan Bahekang Kec. Katingan Kuala
Rumah Batang Tumbang Gagu (wealaupun masuk wilayah Kabupatim Kotim namaun akses kelokasi lebih dekat dari Kab. Katingan degan jarak tempuh 7 Km dari Penda Tanggaring Lama Kec. Twg. Sanggalang Garing)
Bukit Batu di Kec. Katingan Hilir (Pertapaan Pahlawan Nasional Alm. Tjilik Riwut)
Meriam Kuno di Sei Mantikei Kec. Senaman Mentikei
Wisata Budaya
Sandung di Tewang Sanggalang Garing, Katingan Tengah, Tasik Payawan dan Kasongan
Pesta Tiwah di beberapa kecamatan yag diselenggarakan dalam rangka acara-acara ritual
Selain menyuguhkan lokasi wisata yang bisa menjadi salah satu alternatif kunjungan wisata, Katingan juga terkenal dengan duriannya. Durian Katingan termasuk species D.Kutejensis, merupakan salah satu hasil tanaman petani di pedalaman yang ditanam secara tradisional. Jika ini dikembangkan , bisa menjadi peluang bisnis masa depan. Dan ini bisa dijadikan ikon Kabupaten Katingan lho, kenapa tidak? Nah, tinggal bagaimana membudidayakannya secara optimal, mengingat, durian Katingan masih relative mahal. Harga harus bersaing dengan durian Thailand yang sudah bisa di tanam di dalam negeri. Selain itu, Katingan merupakan penghasil rotan terbesar di Provinsi Kalimantan Tengah. Tinggal mengembangkannya secara maksimal menjadi barang jadi yang siap dinikmati konsumen baik dalam maupun luar negeri.
(DariBerbagai Sumber)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Pemerintah daerah seharusnya ikut andil dalam perawatan cagar budaya yg ada .klo tidak anak keturunan kita tidak bisa menikmati semua ny
BalasHapus