0
Kabupaten Kapuas beribukota Kuala Kapuas. Terdiri dari 17 kecamatan dan berpenduduk 329.406 jiwa dengan klasifikasi 167.945 laki-laki dan 161.461 perempuan (hasil Sensus Penduduk Indonesia 2010). Wilayah ini memiliki luas 14.999 km2 atau 1.499.900 ha dengan tingkat kepadatan penduduk 21,96 jiwa/km2.

Batas wilayah Kabupaten Kapuas meliputi:
  • Utara: Kabupaten Barito Utara, Murung Raya
  • Selatan: Laut Jawa
  • Barat: Kabupaten Pulang Pisau, Palangkaraya, dan Gunung Mas
  • Timur: Kabupaten Barito Selatan dan Provinsi Kalimantan Selatan

Kabupaten kapuas dengan ibukota Kuala kapuas adalah Daerah Otonom, sebagaimana dimaksud dalam UU No. 27 Tahun 1959 tentang pembentukan Daerah Tingkat II di Kalimantan Tengah. Selanjutnya berdasarkan UU No. 5 Tahun 2002 tentang pembentukan Kabupaten Katingan, Kabupaten Seruyan, Kabupaten Pulang Pisau, Kabupaten Murung raya, dan Kabupaten Barito Timur, Kabupaten Kapuas dimekarkan menjadi tiga kabupaten, yaitu Kabupaten Kapuas dengan ibukota Kuala kapuas sebagai kabupaten induk dengan 12 Kecamatan, Kabupaten Pulang Pisau dengan Ibukota Pulang Pisau terdiri atas 6 Kecamatan dan kabupaten Gunung Mas dengan ibukota Kuala Kurun dengan 6 Kecamatan. Kota ini dibangun jauh sebelum adanya ibukota Kalimantan Tengah Palangka Raya. Kabupaten Kapuas adalah salah satu dari kabupaten otonom eks Daerah Dayak Besar dan Swapraja Kotawaringin yang termasuk dalam wilayah Karesidenan Kalimantan Selatan. Suku Dayak Ngaju merupakan penduduk asli Kabupaten Kapuas. Suku ini terdiri dari dua sub suku; suku oloh Kapuas-Kahayan dan Oloh Oldaman, bermukim di sebelah kanan kiri Sungai kapuas dan Sungai Kahayan antara hilir sampai tengah sungai, sedangkan Oloh Oldman di bagian hulu dari kedua sungai tersebut.

Menurut penuturan pusaka “ Tetek tatum”, nenek moyang suku Dayak Ngaju pada mulanya bermukim di sekitar pegunungan Schwaner di Sentral Kalimantan (Alang, 1981). Barulah pada perkembangan berikutnya suku Dayak Ngaju bermukim menyebar disepanjang tepi Sungai Kapuas dan Kahayan. Penyebaran pemukiman di sepanjang kiri kanan Sungai Kapuas dan Sungai Kahayan tidak dapat diketahui dengan pasti kapan mulainya, karena tidak ada peninggalan baik berupa tulisan maupun barang jadi (artfakta) yang dapat dijadikan dasar. Barulah pada sekitar abad XIV dalam naskah Negarakertagama yang ditulis oleh Pujangga Prapanca dari majapahit pada tahun 1365 M, menyebutkan adanya permukiman ini. Kemudian dalam naskah Hikayat Banjar, berita Tionghoa pada masa Dinasti Ming (1368-1644 M) dan piagam-piagam perjanjian antara Sultan Banjarmasin dengan Pemerintah Belanda pada abad XIX memuat berita adanya pemukiman di sepanjang Sungai kapuas dan Sungai Kahayan yang disebut pemukiman Lewu Juking. Lewu Juiking merupakan sebuah permukiman berumah panjang yang terletak di dekat muara suangai Kapuas Murung (bagian barat delta Pulau Petak yang bermuara ke Laut Jawa) sekitar 10 km dari arah pesisir Laut Jawa. Pemukiman ini cukup banyak, bersama dengan pemukiman sekitar, seperti pemukiman Badapaung dan pemukiman lain sampai muara terusan, berpenduduk sekitar 1000 kepala keluarga. Pemukiman Lewu Juking dan pemukiman sekitarnya dipimpin oleh seorang kepala suku bernama Raden Labih. Penduduk Lewu Juking dan penduduk sekitarnya sering diserang oleh rombongan bajak laut, walaupun beberapa kali rombongan bajak laut dapat dipukul mundur oleh penduduk Lewu Juking dan sekitarnya, tetapi penduduk merasa kurang aman tinggal di daerah tersebut, sehingga pada tahun 1800 banyak penduduk pindah tempat tinggal mencari tempat yang jauh lebih aman dari gangguan bajak laut.

Akibat perpindahan penduduk Lewu Juking dan sekitarnya, maka sepanjang arah Sungai Kapuas dan Sungai Kapuas Murung bermunculan pemukiman-pemukiman baru, seperti di tepi sungai Kapuas Murung muncul pemukiman Palingkau dipimpin oleh Dambung Tuan, pemukiman Sungai handiwung dipimpin Dambung Duyu, pemukiman sungai Apui (seberang Palingkau) dipimpin oleh Raden Labih yang kemudian digantikan oleh putranya Tamanggung Ambu. Sedangkan di tepi sungai Kapuas terdapat pemukiman baru seperti sungai Basarang, Pulau Telo, Sungai Bapalas, dan sungai Kanamit yang nama-nama pemimpinnya baru diketahui ketika terjadi perlawanan bersenjata terhadap Belanda di sekitar Kuala Kapuas ( 1895 – 1860). Sungai Basarang dipimpin oleh panglima tangko, Sungai Bapalas oleh Panglima Uyek dan Sungai Kanamit dipimpin oleh Petinggi Sutil.

Suku bangsa
Suku Bangsa yang ada di Kabupaten Kapuas Adalah Suku Dayak Ngaju, Dayak Bakumpai, Dayak Maanyan, Dayak Oot Danum, Suku Melayu Banjar, Suku Jawa serta suku-suku lainnya dalam jumlah kecil. Suku Dayak Ngaju adalah penduduk asli, terdiri atas oloh (orang) Kapuas yang mendiami aliran sungai Kapuas, oloh Kahayan yang mendiami aliran sungai Kahayan dan sekitarnya, oloh Mangkatip/Baradia yang mendiami sungai mangkatip dan sekitarnya. Suku Dayak Ngaju cukup memegang peranan penting dalam pemerintahan di kabupaten Kapuas, banyak pejabat daerah dan tokoh masyarakat berasal dari suku ini. Sedangkan Suku Melayu Banjar adalah suku pendatang dengan jumlah terbesar didaerah ini, umumnya bermukim di daerah aliran sungai Kapuas, Kapuas Murung dan Anjir/Terusan yang berbatasan dengan propinsi Kalimantan Selatan. Suku Melayu Banjar memegang peranan penting dalam perdagangan dan pertanian di Kabupaten Kapuas.

Kabupaten Kapuas merupakan salah satu dari 14 kabupaten/kota yang ada di Wilayah Provinsi Kalimantan Tengah Ibukota Kabupaten Kapuas adalah Kuala Kapuas, berjarak sekitar 140 km arah selatan dari Kota Palangka Raya (Ibukota Provinsi Kalimantan Tengah) dan 45 km arah tenggara dari kota Banjarmasin (Ibukota Provinsi kalimantan Selatan). Luas wilayah Kabupaten Kapuas adalah 14.999 km2 (9,77 % dari luas Kalimantan Selatan) terbagi atas 12 kecamatan, 134 desa dan 14 kelurahan. Kabupaten Kapuas terletak diantara 00 8' 48'' sampai dengan 30 27' 00'' Lintang Selatan dan 11 20 2'' 36'' sampai dengan 11 40 44'' 00'' terletak di Garis Khatulistiwa. Terdapat dua karakteristik wilayah Kabupaten Kapuas yaitu wilayah Selatan dengan karakteristik Pasang Surut (9 Kecamatan) dan karakteristik non – Pasang Surut di wilayah utara (3 Kecamatan). Ibukota kabupaten Kapuas adalah Kulala Kapuas. Kuala sendiri berarti delata. Kota Kuala Kapuas adalah kota yang indah, karena berada di tepi sungai pada simpang tiga. Ketiga sungai tersebut adalah Sungai Kapuas Murung dengan panjang 66.375 km, Sungai Kapuas dengan panjang 600.000 km dan daerah Pantai/Pesisir Laut Jawa dengan panjang 189 847 km. Pada malam hari, lampu-lampu dari pemukiman penduduk di tepian sungai yang amat luas (lebar mencapai 2 km) berkerlap-kerlip dipantulkan oleh sungai disertai sapuan sungai angin yang sejuk yang membawa nuansa magis. Kota ini berasal dari pelabuhan perdagangan skala kecil antar pulau dan antar daerah. Dewasa ini jalan lintas Kalimantan membuka isolasi Kabupaten kapuas ke wilayah lainnya di Kalimantan. Pembangunan Kota Kuala Kapuas cukup intensif khususnya kawasan permukiman dan wilayah kota baru yang mencakup gedung pemerintahan dan instruktur pendukung lainnya.

Kota Kuala Kapuas adalah pintu gerbang sisi selatan bagi Provinsi Kalimantan Tengah. Rumah panjang (betang) yang merupakan bagian budaya “Dayak” masih berdiri tegak di kota kecil Buntoi, Desa Tumbang Kurik dan Tumbang Malahoi. Kerajinan keranjang rotan di Kuala kapuas, pemancingan udang air tawar dan pasar terapung mewarnai kehidupan masyarakat Kabupaten kapuas. Terdapat pula kawasan pantai yang amat indah di daerah Cemara Lebat di tepian Laut Jawa.

Sektor pertanian dengan komoditi utama padi merupakan salah satu andalan kabupaten yang merupakan lumbung pangan Kalimantan Tengah ini. Tak kurang dari 65 persen produksi beras Kalimantan Tengah dipasok oleh Kabupaten Kapuas. Kabupaten ini memang didukung lahan pertanian seluas 76,80 ribu ha dari potensi lahan 277 ribu ha. Prospek perluasan areal persawahan di daerah ini masih terbuka lebar. Misalnya di Kecamatan Selat, Kapuas Hilir, Kapuas Murung, Pulau Petak, Basarang, Kapuas Barat dan Kecamatan Mantangai. Inilah kawasan yang termasuk dalam program Proyek Lahan Gambut Sejuta Hektar tempo dulu yang kini tengah dibangkitkan lagi. Selain padi, komoditi pertanian lainnya yang cukup potensial adalah usaha perikanan laut, plywood, karet (crumb rubber), sabut kelapa dan anyaman rotan. Belum lagi industri meubeler, hasil kerajinan purun, perahu kayu, karet sirap ulin dan balok ulin.Sektor pertambangan juga cukup menjanjikan. Kabupaten ini kaya akan bahan tambang seperti intan, emas, batubara, mika, kaolin, batu kapur, pasir kuarsa dan gambut. Bahkan Kapuas dengan mottoTingang Menteng Panunjung Tarung (Kokoh, Bijaksana, Berani, Brwibawa MEngupayakan Kesejahteraan, Kemakmuran, Kejayaan Bagi seluruh Masyarakat Kabupaten Kapuas Sehingga Menjadi Terkenal dan Tersohor) sebagai salah satu percontohan kawasan minapolitan tahun 2011 di Indonesia. Karena Kabupaten Kapuas mampu mengembangkan dan meningkatkan produktifitas ikan.

Potensi Wisata
Potensi alam dan budaya menjadi modal utama pembangunan kepariwisataan di Kabupaten Kapuas. Kenyataan ini telah berlangsung selama ini dan akan terus ditingkatkan dimasa-masa mendatang. Bahkan untuk tahun 2012, Kabupaten Kapuas berencana mencanangkannya sebagai Tahun Kunjungan Wisata atau Visit Kapuas Year. Rencana pengembangan Pulau Telo sebagai kawasan wisata sebelumnya mulai ada tanda-tanda terwujud setelah sebuah perusahaan konsorsium asal Malaysia menyatakan tertarik mengelola pulau tersebut. Meski sejauh ini studi kelayakan belum juga dilakukan oleh pihak calon investor. Dalam sejarahnya, rencana mengembangkan pulau itu pernah mencuat pada era 1996 saat program pengembangan lahan gambut sejuta hektar dilaksanakan. Bahkan ketika itu PT Sumatera Timur Indonesia (STI) dari Jakarta, melakukan pembangunan jembatan titian di salah satu pulau dimaksud, namun program ini terhenti ketika krisis ekonomi dan pada 1999 PLG dihentikan.

Secara geografis, kawasan yang kini terbagi menjadi empat pulau itu lokasinya tidak jauh dari ibu kota Kabupaten Kapuas (sehingga) mudah didatangi dengan sarana angkutan air. Sementara dari jembatan trans Kalimantan yang membelah Sungai Kapuas, Pulau Telo dapat dilihat (dengan jelas). Dan wacana menjadikan Pulau Telo sebagai tempat wisata ini kembali muncul pada 2002 dan 2005.

Obyek wisata lain yang bis dinikmati di kabupaten yang saat dipimpin oleh Bupati Ir. H.M.Mawardi, MM dan wakilnya Suraria nahan, Dipl.ATP,ST, meliputi Pantai Cemara Labat (Kapuas Kuala) , Pantai Teluk Gabang (Kecamtan Kapuas Kuala), Rumah Bentang (Kecamatan Kapuas Hilir), Desa Wisata Getah Getah Nyatu (Kecamtan Kapuas Hilir), Mozaik Desa Saka Mangkahal (Kecamatan Kapuas Barat), Tikar Purun (Kecamatan Selat), Sungai Hampatung (Kecamatan Kayalan Hulu), Arum Jeram ( Kecamatan Kapuas Hulu). Bahkan ada desa yang ditetapkan sebagai desa wisata. Desa Saka Mangkahai di Kecamatan Kapuas Barat dan Desa Tarung Manuah, Kecamatan Basarang akan ditetapkan sebagai desa wisata. Desa Saka Mangkahai merupakan sentra penghasil kerajinan alat-alat rumah tangga yang terbuat dari kayu sumpung seperti asbak maupun talam. Untuk itu, Pemerintah Kabupaten Kapuas berupaya agar Desa Saka Mangkahai menjadi salah satu destinasi atau tujuan wisata serta sentra kerajinan asesoris yang terbuat dari kayu sumpung dengan melakukan pembenahan serta pembuatan outlet penjualan. Selain itu, desa itu juga terdapat usaha pengembangan industri rumah tangga yang dikelola oleh ibu-ibu antara lain anyaman rotan serta anyaman purun . Sedangkan Desa Tarung Manuah akan ditetapkan oleh Pemerintah Kabupaten Kapuas untuk pengembangan desa agrowisata berdasarkan hasil kajian Lembaga Penelitian Universitas Palangka Raya.

Pengembangan daya tarik agrowisata Desa Tarung Manuah dapat dilihat dari keunikan, keindahan dan keanekaragaman flora dan fauna. Keberadaan Desa Tarung Manuah dan Saka Mangkahai akan menjadi satu kawasan wisata dengan Desa Pulau Telo yang akan dikembangkan sebagai tempat wisata keluarga dengan rencana Pemerintah Kabupaten kapuas untuk membangun wahana bermain keluarga berupa waterboom. Sebelumnya, Kapuas sudah mempunyai desa wisata yakni, Desa Dahirang di Kecamatan Kapuas Hilir dengan produk unggulannya kerajinan getah nyatu serta pernak-pernik khas Dayak Kalteng.

Desa Dahirang akan menjadi satu kawasan wisata dengan rumah Betang Sei Pasah di Kecamatan Kapuas Hilir sebagai tempat wisata budaya. Desa Dahirang merupakan satu-satunya desa yang masuk dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM) Pariwisata pada tahun anggaran 2011 ini yang merupakan program dari Kementerian Pariwisata dan Kebudayaan Republik Indonesia. Sehingga nantinya di Kabupaten Kapuas memiliki tiga desa wisata yang memiliki daya tarik tersendiri untuk dikembangkan menjadi objek wisata unggulan.

Yang menarik lagi dari Kabupaten Kapuas, telah menerima 2 (dua) kali Penghargaan Peningkatan Produksi Beras Nasional dan Ketahanan Pangan pada Tahun 2008 dan 2009 dari Presiden Republik Indonesia. Selain itu telah mendapat penobatan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yaitu Peringkat ke 6 Kategori Pelayanan Publik terbaik se Indonesia pada Tahun 2008 dan Peringkat ke 4 terbaik se Indonesia pada Tahun 2009. Pada Tahun 2010 mendapat pujian dan pengakuan dari Gubernur Kalimantan Tengah, bahwa Kabupaten Kapuas sebagai lumbung padi Kalimantan Tengah. Kabupaten Kapuas juga mampu merealisasikan Pelayanan Gratis bagi masyarakat Kabupaten Kapuas di bidang kependudukan (KTP, Akta Kelahiran dan Kartu Keluarga serta santunan kematian bagi masyarakat yang tidak mampu), telah berhasil merealisasikan 11 Pelayanan Dasar Kesehatan Gratis bagi masyarakat miskin, Mampu memimpin penyelesaian berbagai pembangunan fisik, jalan, jembatan dan pembangunan sarana/prasarana di wilayah Kabupaten Kapuas. Juga mampu memimpin peningkatan bantuan social, lembaga keagamaan dan bantuan Rumah Ibadah untuk semua agama di Kabupaten Kapuas. Bahkan berhasil menurunkan angka kemiskinan (berdasarkan data dari BPS) dari 170 ribu jiwa lebih pada tahun 2009 menjadi 140 ribu jiwa terjadi penurunan sebanyak 30 ribu jiwa atau 18% . Berhasil meningkatkan penilaian ADIPURA dari peringkat 6 (enam) menjadi peringkat ke 3 (tiga) se Kalimantan Tengah. Prestasi lain, mulai beroperasi dan berproduksinya Perusahaan Batu Bara di wilayah Kecamatan Kapuas Tengah Pujon, Membuka Isolasi wilayah Kecamatan Timpah, Pujon dan Sei Hanyo dengan pembuatan jalan darat melalui Kecamatan Mantangai lingkup wilayah Kabupaten Kapuas, Menciptakan terobosan baru dengan membuka Akses Ekonomi untuk Kalteng terutama Kabupaten Kapuas, melalui pembangunan Pelabuhan Batanjung di Kapuas Kuala, dan Hasil Ujian Akhir Nasional (UAN) Kabupaten Kapuas memperoleh prestasi kelulusan mencapai 93% jauh berada diatas rata-rata tingkat Provinsi Kalteng yang hanya mencapai 60,28% (Mei 2010). Kabupaten Kapuas satu satunya Kabupaten di Kalimantan tengah yang mendapat penilaian "Wajar dengan pengecualian" oleh BPK (Juli 2010). Mendapat penghargaan dari Menteri Negara Pembedayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dalam bidang penerbitan AKTA KELAHIRAN GRATIS (Juli 2010)

(dari Berbagai Sumber)

Posting Komentar

 
Top